NUR YANG LAIN
Teman-teman yang baik, perkenalkan namaku Dyah Palupi dari X-2.
Dalam kesempatan kali ini aku akan menceritakan pengalamanku sewaktu duduk di bangku kelas 3 SMP.
Sewaktu saya kelas 3 SMP, aku mempunyai tiga orang sahabat, mereka bernama Aulia, Nur dan Pipit. Aku duduk sebangku dengan Aulia, sementara Nur dan Pipit duduk di depan kami. Kami bersahabat baik sejak semester satu kelas 3.
Ketika semester 2, kami pun mulai giat belajar untuk menghadapi Ujian Nasional yang akan dilaksanakan tidak lama lagi. Sebagai teman yang baik, Nur mengusulkan untuk mengadakan kegiatan belajar kelompok secara rutin agar kami dapat saling membantu. Kami pun sepakat, kegiatan belajar kelompok akan diadakan setiap hari Sabtu jam 10 pagi di rumahku karena rumahkulah yang paling mudah untuk dijangkau oleh yang lain.
***
Suatu pagi yang cerah di hari Sabtu, aku dikejutkan dengan berita kematian salah satu tetangga di depan rumahku. Ia meninggal karena penyakit diabetes. Karena keluargaku termasuk tetangga yang paling dekat dengannya, maka keluargaku merasa berkewajiban untuk membantu keluarga orang yang meninggal tersebut, kecuali aku. Ibu melarangku mengadakan kegiatan belajar kelompok hari itu untuk menghormati keluarga orang yang meninggal, atau kegiatan belajarnya diadakan di tempat lain saja.
Aku pun segera menelepon Aulia dan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Aulia mengusulkan agar kegiatan belajar kelompoknya diadakan di rumahnya saja. Aku setuju, lalu menyuruh Aulia menelepon Pipit sedangkan aku menelepon Nur.
Nah, masalahnya dimulai ketika aku menelepon Nur.
“Assalamualaikum, bisa bicara dengan Nur?”
“Walaikumsalam. Iya, saya sendiri, kenapa deh?”
“Ini Nur, tetangga depan rumahku meninggal. Kayaknya belajarnya jangan di rumahku dulu deh untuk hari ini. Gimana kalau di rumah si Aulia?”
“Hah? Aulia? Yakin? Kamu beneran ngajak dia gabung kelompok belajar kita?”
Aduh ini si Nur kenapa sih jadi nggak nyambung gini, kataku dalam hati.
“Iya laah, gimana sih kamu. Yaudah aku tunggu jam sepuluh ya, jangan lupa bawa buku latihan Matematika kita mau ngebahas PR nih. Assalamu— ”
“Eh tunggu, bukannya nggak ada PR Matematika?”
“Ada , yang susah banget itu looh tentang Statistika, masa kamu lupa sih?”
“Hah? Statistika? Yang bener aja?”
“Ah yaudah deh pokoknya aku tunggu di rumah si Aulia, jangan telat ya. Assalamualaikum.”
Huh, ada-ada aja si Nur.
***
Waktu menunjukkan jam setengah sebelas pagi. Aku, Pipit dan Aulia sudah berkumpul dan siap untuk belajar kelompok. Namun Nur tak kunjung tiba.
“Eh gimana nih, masa si Nur belum datang juga,” gumam Aulia. “Coba ditelepon deh, siapa tahu ada apa-apa, dia kan nggak biasanya datang terlambat.”
Pipit pun mengeluarkan ponsel dan menelepon rumah Nur.
“Assalamualaikum, Nur nya ada?”
“Walaikumsalam, ini aku Nur. Eh Pipit gimana nih!!”
“Kenapa Nur?”
“Tadi aku ke rumah Depe tuh nggak ada orang! Kita nggak jadi belajar kelompok nih?”
“Hah? Ih kamu gimana, kita kan jadi belajar kelompoknya di rumah Aulia! Kan tadi udah dibilangin sama Depe.”
Aku yang mendengar jadi heran sendiri. Nur kenapa ya dia kok jadi aneh pagi ini?
“Yaudah deh pokoknya kamu ke rumah Aulia sekarang, kita jadi nih belajar kelompoknya.”
“Okaay. Tunggu aku ya.”
20 menit kemudian Nur pun tiba. Ia langsung menudingku sambil tertawa lepas.
“Hahahahhaha! Depe lucu banget! Hahahahahah!
“Ya Allah Nur, istighfar! Kamu kenapa??” kata Aulia. Aku jadi ketakutan. Nur benar-benar menjadi aneh pagi ini.
“Tadi Depe nelepon rumah aku kan ? Yang angkat siapa?”
“Nur kan ?” jawabku bingung.
“Iya, itu emang Nur, tapi Nur yang lain .. Itu adikku, tau!” seru Nur.
Tiba-tiba saja semua menjadi jelas.
“Ooh, hahhahahah! Pantesan ..”
Lalu aku menceritakan kejadian yang sebenarnya pada mereka. Ternyata yang mengangkat teleponku tadi pagi adalah Nurrohmah, adik Nur yang sudah kelas 6 SD dan juga akan menghadapi Ujian Nasional. Suara mereka memang mirip sekali. Dan Nurrohmah memiliki kelompok belajar juga seperti kami. Teman Nurrohmah di kelompok belajarnya itu ada juga yang suaranya mirip sepertiku. Mereka punya teman laki-laki bernama Aulia yang bukan satu kelompok belajar dengan mereka. Pantas saja Nur agak bingung tadi ..
“Depe, lain kali kamu harus bener-bener mastiin kalo yang kamu telepon itu emang orang yang kamu maksud .. Adik aku si Nurrohmah jadi malu tuh, dia beneran datang ke rumah temannya si Aulia. ”
“Oke oke. Nur maaf banget ya ..”
“Iya, iya. Nggak apa-apa kok. Yaudah yuk belajar.”
***
Semenjak saat itu, jika aku, Aulia atau Pipit yang menelepon, kami selalu ingin berbicara dengan Nur Cholidah, bukan Nurrohmah. Cara itu cukup berhasil dan masih kami terapkan hingga saat ini.
Aduh, aku jadi kangen masa-masa itu!
No comments:
Post a Comment