Tuesday, September 27


Udah setengah tahun gak ngurusin blog gara2 ada Tumblr :p
Btw ini cerita gue waktu mudik kemarin. Tentang seseorang yang dalam hitungan menit udah bisa ngerebut hati gue tapi nggak akan bisa gue ambil kembali.. Cieeeeeh, check it out


Hari itu hari Sabtu, tanggal 24 September 2011. Pukul 2 tepat aku sudah berada di tempat pembelian tiket bus. Siang itu aku akan bertolak menuju Magelang, Jawa Tengah, kediaman omku. Biasanya aku mudik bersama orang tuaku naik bus malam, namun kali ini aku tidak bisa bersama mereka. Ayahku tidak bisa ikut dan ibuku sudah berangkat terlebih dahulu kemarin bersama kakakku.
Bis Santoso seri H berplat nomor AA 1701 GA pun datang. Aku segera menduduki tempat dudukku yaitu nomor 8, bangku kedua di belakang supir. Bis masih terlihat lengang, hanya sepasang suami istri di depan dan di seberang kiri tempatku duduk.
Sampai di depan Rumah Sakit Tugu Ibu seorang ibu naik dan duduk di sebelahku. Aku mengernyitkan hidung karena ia berbau kurang sedap. Tak lama kemudian ia pun pindah ke depan seberang tempat dudukku. Aku pun bernapas lega, secara harfiah
Sekitar pukul 5 sore aku mendadak ingin pipis. Lalu aku ingat bahwa di bis ini tersedia toilet. Akupun berjalan ke belakang dan menghampiri toilet bus. Pintunya sulit sekali dibuka. Di deretan kursi paling belakang seorang mas-mas berseragam tentara memperhatikanku
Aku segera masuk begitu pintunya berhasil kubuka. Namun kembali, pintu itu sangat susah ditutup. Tiba tiba kurasakan pintu dipegang di bagian luar, ketika aku mendongak kulihat mas-mas tentara tadi memegangi handel pintu. "Sini biar saya pegangi," katanya
Akupun pipis dengan tenang. Butuh lebih dari 10 menit untukku pipis karena bis yang terguncang-guncang sehingga aku terlempar ke sana kemari. Untung saja aku tidak jatuh. Selain pipis aku juga menyempatkan diri foto-foto kondisi toilet bus.
Aku kira mas tentara tadi telah menemukan cara untuk menutup pintu kamar mandi dari luar. Jadi begitu selesai aku mengetuk pintu kamar mandi untuk memanggil mas itu agar membukakan pintu untukku. Alangkah kagetnya aku saat pintu itu terdorong dengan mudah. Yaampun ternyata dia memegangi pintu saat aku pipis.. Baik sekali mas-mas ini, ah mungkin karena dia tentara jadinya harus melayani masyarakat juga, pikirku. *tek* aku teringat lagi, tadi kan salah satu penyebab aku lama di kamar mandi adalah aku sempat foto-foto dulu.. Jangan-jangan dia dengar bunyi kamera hapeku (baterai kamera digitalku habis, belum sempat beli jadi aku menggunakan hape) lalu menganggap aku aneh gara2 foto2 di dalam toilet. Tapi aku mengenyahkan pikiran itu karena bunyi rana kameraku sangat unik dan orang bisa menyangka itu adalah nada SMS masuk.
Aku tidak berani menatap matanya, hanya bisa berkata "makasih banget ya mas, maaf tadi lama banget" lalu lari secepat mungkin ke tempat dudukku.
Jam 6 bus berhenti di Rumah Makan untuk istirahat. Tumben cepat sekali, pikirku, biasanya bus berhenti pukul 8 atau 9 malam.
Aku segera mengambil makanan, nasi, udang dan es teh manis menjadi pilihanku. Mataku membesar saat melihat angka yang tertera di mesin kasir rumah makan, gilak 34 ribu.. Uangku langsung ludes, hanya tersisa seribu rupiah
Pipiku langsung bersemu merah saat sedang menyantap makanan tiba2 mas-mas tentara mengambil tempat di depanku. Aku tersenyum dengan mulut masih penuh makanan.
Berikut cuplikan percakapan yang bisa kuingat
"Eh mbak, mau pulang ke mana?"
"Ke Magelang, mas ke mana?"
"Ke Jogja, aslinya mana?"
"Aku sih orang Depok, ke magelang ada acara aja, sepupu mau nikah. kalau mas?"
"oh, orang depok toh, aku sih asli jogja tapi abis dari bogor, abis sekolah kejuruan di lanud atang senjaya"
Wah ternyata dia tentara beneran. Kuperhatikan dia diam-diam. Rambutnya cepak, wajahnya khas orang jawa dengan kulit yang tidak terlalu gelap. Ia memakai seragam tentara dengan sepatu lars hitam dan jaket kulit hitam. Senyumnya manis sekali membuatku salah tingkah.
"Kamu dah kerja? Apa masih kuliah?"
"Nggak dua2nya, aku masih SMA mas.."
Dia langsung tersenyum menahan tawa mendengar jawabanku. Sial, mukaku setua itu ya? Aku memberanikan diri bertanya dengan nada penasaran,
"Lah kok ketawa mas?"
"Nggak papa.. Masih SMA toh ternyata.. Kelas berapa?"
"Kelas 3 mas"
"Oh, aku juga lulusan 2009 kok.. Nggak jauh2 amat jadinya"
"Wah masih muda banget mas, SMA di mana mas? bogor apa jogja?"
"Di jogja di SMA angkasa"
Sekian percakapan yang aku ingat. Kemudian dia menyulut rokok putihnya. Lalu dia mengeluarkan sebuah hape yang tipenya.. persis sama denganku!!!!!!!! Astaga, aku kaget sekali sampai hampir tersedak. Kemungkinan dia tahu aku foto-foto di toilet bus dari bunyi rana kamera hapeku. Aku hanya bisa berharap dia tidak mendengarnya karena ditelan suara mesin bus yang sedang berjalan
Tak lama kemudian panggilan kepada penumpang bus yang kunaiki diumumkan di speaker. Melihat piringku yang masih seperempat penuh, mas tentara tertawa.
"Ayo diabisin makannya, dah mau jalan tuh.."
"Iya iya mas"
Saat dia berjalan melewati kursiku ingin rasanya aku memanggilnya untuk duduk di kursi kosong sebelahku, namun itu tidak mungkin karena dia pasti akan berpikir aku lancang atau aneh, baru kenal kok sudah minta duduk bareng.
Perjalanan dilanjutkan. Di daerah cirebon seorang bapak2 naik dan duduk di sebelahku. Aku dongkol karena tidurku terganggu. Namun aku tak ambil pusing dan langsung tidur lagi
Sampai di daerah Alas roban aku terbangun. Benci sekali aku, kenapa tiap mudik dan melewati daerah ini aku selalu terbangun. Jadinya aku terpaksa merasakan jalanan hutan yang berkelok-kelok, sempit, tidak rata yang sangat membuat perut mual. Ditambah hutan yang sangat gelap gulita dan pohon-pohon yang menjulang tinggi menambah kehororan yang kurasa.
Bapak-bapak di sebelahku mengajak ngobrol dan menanyaiku. Aku menjawab ala kadarnya dan tidak balik bertanya karena tidak sedang ingin mengobrol.
Aku terpejam lagi. Saat bangun kurasakan lengan bapak itu di atas lenganku. Kukira ia tertidur namun saat aku menoleh matanya terbuka. Ia juga sedang memainkan hape. Aku merasa tak nyaman dan bergeser ke kanan. Namun lengannya kembali menindih lenganku. Tangannya tiba2 berada di atas pahaku. Apa apaan sih ini, kataku jijik di dalam hati. Aku bergeser lagi. Begitu seterusnya, karena aku tidak bisa bergeser lagi akupun diam namun tangan kiriku melindungi daerah2 sensitifku agar jika bapak-bapak itu berniat jahat aku terlindungi. Aku terpikir untuk ngetweet (buka Twitter) untuk menghilangkan rasa bosan. Alangkah kagetnya saat aku mendapati hapeku tidak ada di kantung jaketku. Yang ada hanya headset. Padahal aku yakin sekali tadi kutaruh di situ. Kepanikan langsung menyerangku. Aku langsung berpikir logis, wah pasti diambil bapak2 sebelahku. Aku langsung berkata "Aduh pak hape saya mana ya"
Dan secara ajaib hapeku muncul di sebelah kiriku. Kurang ajar. Mungkin dia tahu aku sudah sadar hapeku dia ambil dan tidak ada celah baginya untuk mengelak lagi.
Aku ngetweet sebentar, lalu untuk mencegah kejadian tadi terjadi lagi aku menaruh hapeku di kantung celana sebelah kananku
Kupaksa mataku untuk terpejam lagi. Namun desakan dari sebelah kiriku sangat mengganggu. Tangan bapak-bapak itu semakin mendesakku, tangannya sudah di atas pahaku. Aku terkesiap ngeri dan tanpa pikir panjang lagi langsung kabur ke bus bagian belakang
Kulihat mas-mas tentara sedang duduk di bagian belakang. Kupikir dia tidur, bus gelap sekali waktu itu jadi kupanggil saja dia, "mas mas nggak tidur kan?"
"Nggak kok, kenapa?"
Aku langsung duduk di sebelahnya, hampir menangis. Tak kusangka mudik sendiri banyak resiko. Aku diam saja hingga ia bertanya lagi
"Bapak-bapak di sebelahku seram banget, kapok deh duduk di situ. Parah banget pokoknya, ngedesek2 aku gitu, hape aku juga hampir dicuri"
"Yaampun, kasian kamu"
"Ya, mas aku boleh duduk sini kan?"
"Boleh kok, tapi di sini dingin, nggak ada selimut, trus nggak enak guncangannya parah banget. Mas aja tadi sama sekali gak bisa tidur"
Omongan mas tentara betul juga. Rasanya seperti di teater 3D dengan kaca depan bus sebagai layar yang menampilkan live roller coaster. Perutku serasa dikocok Aku juga kedinginan
"Mas aku ambil selimut dulu ya"
"Ya kamu hati-hati sama bapak2 itu ya"
Aku cepat2 mengambil selimut dari tempat dudukku semula. Kulihat bapak2 itu masih terbangun. Aku bergidik ngeri dan jijik
Karena tempat duduk lain masih banyak yang kosong, aku terpikir untuk mengambil selimut untuk mas tentara. Mungkin ia juga kedinginan sehingga tidak bisa tidur.
"Nih mas" kataku sambil melemparkan selimut ke dia
"Wah aku nggak pake selimut, untuk kamu saja"
"Nggak, aku udah bawa juga nih, itu buat mas saja"
Keheningan kembali menguasai. Nampaknya mas itu benar-benar tidak bisa tidur. Kuberanikan diri mengajaknya mengobrol
"Mas, jadi tentara AU tuh gimana sih? Diajarin apa aja? Nerbangin pesawat gak?"
"Ya, kayak tentara biasa. Diajarin banyak deh, nembak, bertahan diri alias survival, kalo terbang sih enggak, aku kebanyakan terjun payung itu loh. Survival itu berat banget, kita hidup di hutan, terisolasi dari dunia luar, tugas di perbatasan. Setiap hari cuma pakai seragam ini, eh bukan yang ini, tapi satu lagi, mas punya 2. Setiap hari harus bawa tas beratnya 10 kilo, helm setengah kilo, senjata 2 kilo lebih, belom lagi sepatu ini berat banget"
"Wah, mas hebat banget. Masa sih sepatunya berat?"
"Iya berat banget, tapi mas juga pernah ngerasain nih dihantem pake ini sama senior"
"Astagaa. Bagian tubuh mana mas?"
"Dada, sama kepala, itu nggak kehitung. Pendidikan tentara emang berat banget, nggak heran banyak yang mati"
"Wah, tapi mas hebat"
Dia hanya tersenyum.
"Ohiya nih dek, selimutnya kamu aja yang pake, mas nggak butuh," katanya sambil menyelubungiku dengan selimut yang tadi aku berikan padanya. Seketika, aku merasakan kehangatan di dalam hatiku. Pipiku memerah. Yaampun, perasaan ini datang begitu cepat.. Aku memang mudah suka sama seseorang apalagi kalau orang itu sebaik mas tentara ini. Dia tidak hanya baik, dia juga memberikan perlindungan rasa aman dan nyaman secara tidak langsung. Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, bahkan mantan-mantanku tidak pernah membuatku merasa seaman ini.
"Tapi jadi tentara itu ada banyak enaknya juga. Kalau kata pepatah, 'tentara tidak punya apa-apa, tapi apa-apa punya tentara". Mas kalau naik kereta, angkutan umum, selalu nggak bayar. Kereta dari Bogor ke Jogja mas nggak bayar. Cuma naik pakai seragam ini. Tapi kalau naik bis mas bayar sih.  Lagi nggak kepengen naik kereta"
"Kok milih duduk di belakang sini mas? Kan nggak enak"
"Iya nih, tempat mas seharusnya di depan kamu sebelah kiri, eh malah ditempatin sama ibu2 itu"
Wah, itu kan ibu2 yang harusnya duduk denganku. Aku harus berterimakasih sama ibu2 itu, kalo dia tidak pindah, mas tentara jadi duduk di tempat awalnya, tidak memegangi pintu toilet bus untukku, bapak2 pervert tidak jadi duduk di sebelahku, aku jadi tidak bisa kabur ke belakang seperti ini..
Tiba2 bis berhenti. Seorang bapak2 yang duduk di barisan tengah2 turun. Aku melongok. Dia tadinya duduk sendirian sehingga sekarang tempat itu kosong
"Mas, pindah ke situ yuk. Kosong dua tuh. Kasian mas di sini nggak bisa tidur, siapa tahu di sana bisa"
"Yaudah kamu dulu aja, nanti aku nyusul"
Aku pun pindah. Kupikir dia akan segera menyusulku namun ternyata tidak. Aku mulai menyesal pindah. Dia tidak menyusulku.. Sempat terpikir untuk pindah ke belakang lagi dengan alasan kedinginan (memang betul di belakang lebih hangat), namun tepat saat aku hendak bangun, mas tentara sudah ada di sisiku lagi.
"Enak kan mas di sini, gak kaya di belakang"
"Iya bener"
"Mas lanjutin cerita tentaranya lagi dong.."
"Hmm apa yah.. Ya gitu deh intinya jadi tentara itu berat tapi asik"
Tiba-tiba hapeku berdering. Alarm memang kupasang pukul setengah dua pagi untuk berjaga-jaga jika aku tertidur dan melewatkan tempatku turun. Ibu memperkirakan aku tiba jam tiga pagi
"Loh, kukira itu hape aku.. Kok bunyinya sama, jangan2 hape kita sama"
Aku menunjukkan hapeku padanya
"Wah iya betul, hapeku juga kayak gitu.."
Aku berteriak kegirangan dalam hati. Berarti dia baru menyadari kesamaan hape kami dan kemungkinan besar dia tidak tahu aku foto-foto di dalam toilet
"Kamu beli hape itu kapan?"
"Maret tahun lalu mas. Mas beli kapan?"
"2 tahun lalu. Nggak beli tapi itu hadiah dari papa, hadiah ulang tahun. Waktu itu aku dapat gitar listrik sama hape itu. Aku sayang banget sama hape itu jadi nggak kujual2 meskipun udah jadul. Padahal dulu lagi ngetren hape itu, harganya 2 juta"
"Astaga, mahal banget. Aku beli cuma 1,25 juta mas"
"Dah turun banget ya"
"Iya mas. Oya ngomong2 mas kan dah pulang ke jogja nih, nanti ditempatin di mana lagi?"
"Nanti aku mau ngantor di Wirasaba, ngurusin administrasi penerimaan tentara baru gitu. Tadinya di bogor 4 bulan aku sekolah kejuruan, sekarang nih istilahnya mau magang. Aku sebenernya dah jadi tentara 10 bulan, 6 bulan tuh masa pelatihan pertama2nya. Nanti seterusnya aku mau ngantor aja di jogja"
"Kok malah ke Wirasaba mas?"
"Iya soalnya kalo aku ambil yang dijogja dulu, nanti kalau aku udah tua pasti dimutasi terus, gak enak kalau punya anak istri ditinggal2/pindah2 terus. Mending di wirasaba dulu nanti bisa minta pindah ke jogja sampe seterusnya"
"Oh gitu. Oiya, mas ini jogjanya di bagian mana?"
"Di sleman, di perkebunan salaknya. Tapi mas sebenernya males juga di jogja satu kantor sama papa, hehe"
"Oh, papanya mas tentara juga?"
"Iya, tapi dia di bagian psikologi"
Wah keren juga..
"Ngomong2, nama kamu siapa?"
"Nama aku depe mas. Mas siapa?"
"Aku widodo"
"Dipanggilnya dodo ya?"
"Ya, widodo bisa, dodo juga bisa.. hehe"
"Oke mas dodo, sekarang pangkatnya apa mas?"
"Aku masih Sersan 2 kalo sekarang. Ngomong2 kamu IPA atau IPS?"
"Aku IPA mas"
"Oh beda dong ya, aku dulu IPS. Males banget sama IPA"
"Haha, aku malah males banget sama IPS.. Suka beda pendapat sama guru jadi jawabannya salah, nilaiku jelek2"
"Aku nggak bisa ngitung dan lebih jago ngafal. Tapi aku dulu bandel, pas UN bukannya belajar malah yasinan, berdoa banyak2. Akhirnya kena juga 2 juta untuk beli jawaban"
Wah dasar mas tentara bandel juga
"Oiya waktu itu aku pernah ditugasin di Biak, Papua, merangin OPM. Masing2 orang harus ngebawa minimal 2 mata"
"Astaga! Mata orang beneran?"
"Iya, mata pemberontak"
"Yaampun, kasian dong mas.. Kenapa harus dibunuh sih.."
"Yah, kan dia musuh, kalo nggak dibunuh duluan dia bisa membunuh kita duluan"
"Ngeri banget ya mas.."
"Iya tapi mau gimana lagi"
"Mas udah bunuh berapa orang? Nyongkel matanya gimana?"
"Aku sih waktu itu belum berani nembak mati, paling kakinya aja biar nggak bisa kabur dan bisa ditanyain"
"Huh serem banget ya mas.."
Kemudian percakapan berlanjut mengomentari masalah2 negara kita, terutama korupsi. Oh ternyata begini sudut pandang seorang tentara.. Aku hanya bisa manggut2 mendengar penjelasannya
Pembicaraan kemudian selesai
"Kamu bobok aja dulu, nanti mas bangunin kalau dah sampe Magelang"
"Ya mas"
Namun aku malah makin tidak bisa tidur di sebelah mas Dodo. Ingin aku mengobrol lagi dengannya.
Bus terhenti karena lampu merah. Aku mengedarkan pandangan ke lingkungan sekeliling. Kulihat papan nama toko di sebelah kiri. Di akhir alamat tertulis "Secang, Magelang". Astaga! Aku kan seharusnya turun di sini! Aku langsung berteriak2 ribut. Mas dodo pun menenangkanku dan berjalan ke depan untuk memberitahu supir untuk minggir dan berhenti
Aku pun turun. Sebelum turun, kusempatkan diri untuk tersenyum manis dan melambai pada mas Dodo
Selamat tinggal mas Dodo, aku akan selalu ingat mas :)

Thursday, March 10

Day 02 - Where I'd like to be in 10 years

10 years from now I’ll be 25. so I guess I’d like to be in some office, doing some work.. yea I’d love that. I don’t dream about adventurous life, I just want a peaceful one without any big troubles :)

Tuesday, March 8

Day 01 - Discussing Single Life


Single life is hard, though that’s enjoyable. like people said “when you are single all you see are happy couples” but then “when you’re in relationship all you see are happy singles”
The hardest part of being single is that I do not have someone to hold on. I used to telleverything on my mind to my boyfriend, we texted 24/7, we met occasionally and that was romantic because I think the most important thing on a relationship is communication, right?
But now, I am a totally free bitch. I make friends, go out and text with everyone without making someone jealous. This is actually wonderful. I am not looking forward for new boyfriend. I just let it flow, and see where God brings me to.. :)